Ep 71 Cerita Malam

Kenangan Cerita Malam Episode 71

  • Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Alhamdulillah wasyukurillah…
    Allohumma Sholli’ala Sayyidina Muhammad Wa ala alihi wasohbihi wabarik wasalim ajmain.
    Semoga Guru kita semua Al Habib Ahmad Mujtaba bin Shahab yg selalu menjawab cerita , tanya , dan curhat kita selama ini dengan penuh semangat keceriaan Semoga dalam pandangan kasih sayang rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, selalu dalam Lindungan Alloh Ta’ala dimanapun berada dalam berdakwahnya, dan untuk seluruh yang terlibat dalam berlangsungnya acara majelis yang kita cintai ini semoga selalu Allah berikan kekuatan lahir batin dan akan mendapat ganjaran yang besar nanti di akhirat karena membantu dakwah Rasulullah SAW.
    Aamiin.
    Habibana saya mau bertanya mengenai pandangan hukum tentang muamalah GADE/GADAI hukumnya bagi si Pegadaian dan si pemegang gadai.
    Sependek yang saya ketahui ada beberapa praktek gadai yang terjadi di masyarakat , dalam hal ini yang ingin saya tanyakan yaitu mengenai praktik gadai kendaraan , tanah pertanian atau sawah.
    Contohnya begini ya habib, saat seseorang menggadaikan harta bendanya kepada seseorang misalnya kendaraan bermotor atau mobil dengan uang sejumlah misal motor 10 juta , mobil 25 atau 40 juta lalu mobilnya miliknya itu akan diserahkan ke si pemberi uang dalam hal ini si pemegang gadai , maka selama si pemilik mobil atau si pemberi gadai itu belum mampu mengembalikan sejumlah uang yang dia terima maka kendaraannya itu akan terus dipakai dan digunakan oleh si pemegang gadai.
    selanjutnya ada seseorang menggadaikan sawahnya karena butuh uang misalkan dia menggadaikan sawahnya seluas 5000 meter atau satu hektar dengan uang 50 juta atau 150 juta maka selanjutnya sawah miliknya itu akan dikelola oleh si pemberi uang ( si pemegang gadai ) sampai beberapa musim panen selama dia belum mampu mengembalikan uangnya itu maka si pemberi uang akan mengelola sawah milik si pemberi gadai itu, ada yang satu kali musim baru ditebus atau bahkan sampai 3, 4, 5 kali panen pun ada yang belum ditebus.
    Terkadang cara gadainya ada yg akadnya dikertas kwitansi tertulis, “Telah diterima Uang Pinjaman Sejumlah Rp.100 Juta dari Saudara Fulan kepada Saudara Fulan, dengan jaminan Sawah Seluas 1 Hektar yang terletak di desa Sukafulus,dst”
    Dan ditandatangani dgn materai.
    Jadi tulisannya pinjam uang namun prakteknya gadai.
    Mohon penjelasan ya habibana, karena dimasyarakat sampai ada orang yg meminjam uang diBank hanya untuk mencari/Memegang gadai sawah dgn harapan mendapat keuntungan dari cara mengelola uangnya yang seperti itu…
    Mohon maaf Mohon Ridho untuk host dan Admin jika terlalu panjang pertanyaan saya ini…
    Semoga menjadi Manfaat dan Jariyyah
    Wassalamu’alaikum wartohmatullohi wabarokatuh
  • Saya sakit dan ustadzah membawa saya untuk berobat ke Habib terlebih dahulu supaya mengetahui apakah penyakit saya itu medis atau non medis.
    Ternyata, saya mengalami keduanya.
    Saya percaya tidak percaya, saya percaya dengan adanya penyakit non medis itu tapi saya tidak percaya mengapa terjadi kepada saya?
    Siapa orang yang tega mengganggu saya?
    Selama 23 tahun ini, kita mengira itu adalah penyakit yang saya idap sejak bayi.
    Saya heran, berarti orang itu mengganggu saya dari sejak lahir atau mengganggu ortu saya.
    Bukan hanya itu, penyakit non medis lainnya pun muncul bertahun-tahun kemudian.
    Pantas saja, ketika saya berobat ke dokter akan penyakit-penyakit itu dokter pun kebingungan karena tak kunjung sembuh.
    Sekarang saya tahu, mengapa semua itu terjadi.
    Sedari dulu, saya merasakan hal yang berbeda dari tingkah laku mereka terhadap keluarga saya.
    Mereka sering terlihat gelisah ketika keluarga saya mendapatkan nikmat.
    Kali terakhir, ketika saya berpamitan untuk pergi dengan membawa barang banyak mereka terlihat gelisah sekali.
    Mereka terus bertanya-tanya kepada saya sebenarnya mau kemana dan tujuannya apa?
    Saya memang merahasiakan tujuan kepergian saya kemana karena saya tidak mempercayai mereka.
    Sesampai saya ke tempat tujuan, disana saya merasakan sakit pada penyakit itu yang luar biasa padahal tidak pernah mengalami rasa sesakit itu sebelumnya.
    Pada akhirnya, saya tahu bahwa ini bukan medis tapi non medis gangguan orang.
    Saya semakin yakin ketika orang-orang melaporkan kepada saya tentang kekepoannya mereka mencari tahu keberadaan saya.
    Mereka bilang, kalo mau do’ain itu harus jelas dia sekarang lagi dimana tujuannya apa dll.
    Orang yang mereka tanya menjawab mereka dengan jawaban yang mungkin membuat mereka tersinggung sampai pada akhirnya sikap mereka menjadi berbeda ke orang yang ditanya, bahkan mereka menjelek-jelekkan orang tersebut.
    Saat aku pulang ke rumah, mereka langsung cari-cari aku tanpa memperhatikan adab sama sekali.
    Pada saat itu aku sedang sendiri dan aku ketakutan untuk menghadapi mereka, jadi aku mengunci diri di kamar walaupun mereka masuk rumah tanpa izin.
    Setelah mereka pergi, tak lama kemudian ayahku datang ke rumah lalu menjamu tamu, tiba-tiba mereka datang kembali dan kembali masuk rumah tanpa adab padahal jelas disitu ada ayahku.
    Mereka masuk rumah nyelonong menuju kamarku sambil melihat lihat barang bawaan pulang ku yang berserakan di ruang keluarga, untungnya pintu kamar masih aku kunci sedari awal dia kesini.
    Sejak itu dia tak kembali lagi, apakah mungkin karena kekepoannya sedikit terbayarkan dengan melihat barang bawaan pulangku? Jika benar ingin menjenguk pasti datang kembali kan?
    Aku benar-benar ketakutan, aku melihat raut bahagia di wajah mereka dengan kepulangan ku, tidak seperti saat aku pergi yang raut wajah mereka penuh dengan kegelisahan.
    Aku tidak mau bersuudzon, tapi hati ku tidak bisa dibohongi dengan menampik semua realita yang ada yang mengarah kepada mereka.
    Aku harus bagaimana?
  • Assalamu’alaikum habib, sebelumnya semoga habib sekeluarga, host dan kru selalu dalam lindungan Allah. Habib saya mau bertanya perihal menerima upah dari mengajar ilmu agama. Bagaimana jika saya mengharapkan upah dari pengabdian dalam mengajar ilmu agama. Karena pada saat ini Saya sudah tidak meminta uang kepada orang tua sehingga mengajar menjadi harapan saya mendapatkan uang tapi saya kadang kepikiran dan takut kehidupan saya nanti tidak berkah karena seperti tidak ikhlas dalam mengajar. Yang kedua saya merasa rezeki saya sempit sekali, cepat habis dan tidak bisa nabung bagaimana bib caranya agar rezeki yang kita lancar dan berkah. Terakhir saya mohon do’a nya bib agar saya mendapatkan pekerjaan sampingan yang bisa mencukupi kebutuhan saya sehingga saya tidak mengharap bisyaroh dari pengabdian saya ketika mengajar… Terimakasih habib, jazakumullah ahsanal jaza’
  • Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Semoga Habib, host, crew al muwasholah beserta semua pendengar cerita malam selalu dalam taufik, hidayah dan inayah dari Allah Swt.
    Izin bertanya.
  1. Apakah sholat sunnah itu dapat di qodho ? Misal kita blm sempat sholat qobliyah subuh karena di masjid yg kita mau sholat jamaah ternyata sudah iqomah. Apakah kita dpt qodho setelah sholat subuh atau bisa diwaktu lain ?
  2. Mohon ceritakan kepada kami siapakah sosok habib munzir bin fuad almusawa itu.
    Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.

Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *