Ep 36 Cerita Malam

Kenangan Cerita Malam Episode 36

  • assalamu’alaikum habib ahmad mujtaba
    semoga habib dan keluarga sehat afiat dipanjangkan umurnya aamiin ya rabbal alamin maaf habib saya mau cerita nih, saya kan ngaji tapi masalah hidup saya ko malah makin banyak, apa saya salah ngajinya atau saya kebanyakan dosa atau gimana habib dan satu lagi habib saya kan pengen ngebahagiain orang tua saya tapi di satu sisi saya belum pernah ketemu dari kecil, gimana saya mau berbakti kepada orang tua saya ya habib
  • assalamualaikum habib saya ingin bertanya, anak sambung/anak tiri jika membaca do’a untuk kedua orang tua do’anya sampai ke orang tua yang mana habib?
  • Assalamu’alaikum, saya ingin bercerita tentang pikiran ruwet saya selama ini. Semoga habib berkenan untuk membantu saya mengurai benang-benang kusut dalam pikiran saya. Saya lulus SMA pada tahun 2021. Sudah 1 tahun lebih 4 bulan ini saya nganggur, tidak berkuliah ataupun bekerja. Orang-orang yang membenci saya bahagia melihat saya nganggur seperti ini, mereka kira saya memang tidak akan berkuliah. Mereka bilang, orang pintar yang sederhana tidak akan sukses karena akan kalah oleh orang pintar yang kaya raya, kalaupun perempuan berpendidikan tinggi pada akhirnya akan kembali ke dapur. Saya sedih dibuatnya, apalagi ketika melihat ortu saya pun sedih karena itu, saya selalu ingin membuktikan kepada mereka bahwa saya bisa. Lain halnya dengan mereka, orang-orang yang menyayangi saya, mereka selalu mendukung saya, mereka sangat berharap saya berkuliah, mereka percaya dengan kemampuan yang Allah Swt. takdirkan untuk saya, saya pasti bisa sukses. Sebenarnya, dulu saya diberi undangan khusus untuk berkuliah di beberapa universitas, tapi saya tolak karena saya tidak tertarik dengan jurusan maupun universitas nya. Saya ingin berkuliah di PTN dengan jurusan yang saya inginkan. Saya mendaftar lewat jalur rapot, qadarallah saya tidak lolos. Saya harus mendaftar jalur tes jika ingin berkuliah disana. Sejak saat itu, entah mengapa saya menjadi bimbang, ragu untuk berkuliah. Saya memikirkan kembali niat-niat saya. Saya rasa salah satu niat saya itu salah, saya tidak boleh berkuliah dengan niat untuk membuktikan kepada mereka yang membenci saya bahwa saya bisa. Saya terus kepikiran akan hal itu dan pada akhirnya saya menghapus niat itu. Tiba-tiba hal lain mulai muncul di pikiran saya, saya overthinking dibuatnya, hal-hal itu adalah: • Saya gamau menduakan lagi ibadah saya dengan kepentingan dunia. Pengalaman saya ketika SMA, saya selalu sibuk dengan urusan sekolah, terkadang saya mengakhirkan sholat karena jam pelajaran yang gak berhenti di waktu sholat, begadang larut malam dan akhirnya bangun kesiangan, jarang ikut pengajian karena ngerasa cepek baru pulang sore, ngaji sendiri aja rasanya kek dikejar-kejar, waktu di rumah pun tetep dipake nugas sampe keteteran, dan sebagainya. Saya beneran gak ngerasain tenangnya ibadah kek dulu waktu SD atau SMP yang gak sibuk banget. Saya gamau disibukin lagi dengan urusan yang saya pikir ga akhirat-akhirat banget gitu. Saya takut nanti saat saya berkuliah, saya seperti itu lagi dan mungkin lebih parah mengingat kuliah itu kan jenjangnya lebih tinggi. • Saya mau kuliah dengan jurusan yang bermanfaat untuk dunia akhirat saya. Setidaknya bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari kalaupun nantinya saya tidak bekerja. Saya memikirkan kembali jurusan yang sebelumnya saya pilih dan ternyata itu tidak cocok dengan niat saya yang ini. Saya masih ragu memilih jurusan. • Saya akan merantau dan jauh dari orangtua saya. Saya sedih, tapi kapan pun itu semuanya akan berpisah. Saya khawatir akan lingkungan tempat tinggal saya nanti. Banyak sekali berita buruk diluarsana yang menimpa perempuan. Saya takut, saya tidak memiliki seseorang yang memantau saya. Saya hanya mempunyai Allah Swt. dan Rasulullah saw. dimanapun saya berada. Tapi hal itu, tidak menghilangkan ketakutan saya akan kejahatan lingkungan diluar sana. • Saya termasuk orang yang introvert, lebih nyaman sendiri kalo gaada urusan penting yang harus dikerjain bareng. Saya berteman baik dengan banyak orang tapi gaada yang berani buat deket banget. Saya juga jarang main, males aja kumpul gajelas apalagi kalo campur aduk antara perempuan dan laki-laki. Saya gak pd kalo main sana sini kek gitu, belum lagi pandangan mereka ke saya kek aneh karena pakaian saya tertutup selalu memakai rok atau gamis. Saya introvert dalam hal-hal seperti itu, tapi kalo berbicara di depan banyak orang untuk menjelaskan materi ataupun mengerjakan soal saya selalu jadi yang pertama karena saya percaya diri. Saya takut nanti saat berkuliah saya dipandang aneh karena pakaian saya berbeda (ptn impiannya yang umum bukan yang khusus islam), saya juga takut sering kumpul kumpul antara perempuan dan laki-laki karena kelompok tugas ini itu. Saya takut gak punya temen yang sefrekuensi dengan saya. Saya takut pergaulan anak sekarang diluarsana. • Perkataan mereka yang membenci saya ada hikmahnya, saya jadi memikirkan keadaan ekonomi keluarga saya. Walaupun nantinya akan ada beasiswa tapi saya khawatir itu tidak akan cukup dan ortu saya akan bekerja lebih keras untuk saya. Saya gamau bikin mereka capek, apalagi jika sampai meminjam kepada orang lain. Saya yakin Allah sudah mengatur rezeki hambanya, tapi saya harus tetap memikirkan kemungkinan yang terjadi bukan? • Kesehatan fisik saya memang lemah, sejak kecil saya sering sakit. Saya selalu diperhatikan sangat lebih oleh ortu saya. Saya sangat jarang jajan diluar rumah. Saya selalu membawa bekal dari rumah buatan mamah. Saya sering tidak sekolah, intinya yang paling banyak gak sekolah karena sakit itu saya. Tapi alhamdulilah, dengan kelebihan yang Allah Swt. takdirkan untuk saya, saya selalu mampu mengejar pelajaran yang tertinggal, bahkan saya selalu ranking 3 besar di kelas dan ranking 10 besar antar kelas. Hal itu yang membuat saya yakin bahwa semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Tapi, saya takut nanti saat berkuliah saya kurang memperhatikan kesehatan saya dan tidak ada yang memantau juga. Saya takut kuliah saya malah terganggu karena hal itu. —————————————————————————————— Dengan overthinking nya saya akan hal-hal tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk gap year. Saya mau rehat satu tahun untuk memikirkan solusi atas hal tersebut. Satu tahun berlalu dan saya dihadapkan dengan pendaftaran kuliah di tahun kedua lulus, saya masih ragu dan belum menemukan solusi itu. Saya memilih jurusan yang sudah diyakini sesuai niat. Pada H-1 tes, saya sakit, saya kekurangan darah, saya nangis kejer karena bingung harus gimana besok saya tes, karena keadaan saya yang seperti itu saya tidak jadi tes ditahun kedua dan memutuskan untuk gap year lagi. Ini gap terakhir saya, tidak ada lagi kesempatan untuk gap year. Tahun depan itu kesempatan terakhir saya mengikuti tes untuk berkuliah. ——————————————————————————— Saya benar-benar bingung harus bagaimana. Saya sudah menemukan solusi tentang jurusan yang akan saya pilih, tapi saya belum bisa menemukan solusi atas hal lainnya. Selama gap year ini, saya mengenal para perempuan sholehah, hubabah, ustadzah syarifah, dan syarifah. Saya nyaman dan bahagia mengenal mereka. Saya selalu mendengarkan dan membaca nasihat mereka. Saya pun menemukan teman-teman yang sefrekuensi dengan saya. Saya ingin menghadiri majelis majelis yang dipimpin oleh para ustadzah syarifah. Saya ingin dekat dengan mereka, kalo pun saya berkuliah saya ingin berkuliah yang dekat dengan majelis mereka. Saya terpikirkan jika saya tidak berkuliah tahun depan, saya ingin mesantren. Saya jadi ragu mana yang terbaik untuk saya, apakah kuliah, bantuin ortu dan ngaji di rumah aja sambil nunggu jodoh, atau mesantren. Mohon doa dan nasehatnya habib, terima kasih 🙏🏻

Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *